Pelatihan dan Pengembangan
(Schuler & Jackson 2006, Mondy 2008)
(Schuler & Jackson 2006, Mondy 2008)
•
Pelatihan bertujuan meningkatkan kinerja jangka pendek dalam pekerjaan (jabatan) tertentu yang diduduki saat ini dengan cara meningkatkan kompetensi (pengetahuan dan
keterampilan) para karyawan.
•
Pengembangan mengacu pada
aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi selama periode waktu lebih panjang yang melampaui jabatan saat ini guna
mengantisipasi kebutuhan masa depan
organisasi yang terus berkembang dan berubah.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelatihan dan Pengembangan
•
Dukungan manajemen puncak
• Komitmen para Manajer, baik spesialis maupun
generalis
•
Kemajuan teknologi, terutama komputer dan internet
•
Kompleksitas organisasi yang menyebabkan tugas-tugas dan interaksi
menjadi lebih rumit
•
Fungsi-Fungsi SDM Lainnya
Tahap-Tahap Pelatihan dan Pengembangan (Werther & Davis 1996)
•
Analisis
kebutuhan
•
Penetapan
tujuan pelatihan dan pengembangan
•
Penyusunan
isi program
•
Penerapan
prinsip-prinsip pembelajaran
•
Pemilihan
metode pelatihan dan pengembangan
•
Evaluasi
pelatihan dan pengembangan
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
•
Partisipasi
•
Pengulangan
•
Relevansi
•
Kecepatan
transfer
•
Umpan
balik
Metode-Metode Pelatihan dan Pengembangan
•
Metode
On-the-Job
–
Pelatihan
Instruksi Kerja
–
Rotasi
Jabatan
–
Magang dan
Coaching
•
Metode
Off-the-Job
–
Ceramah
dan Presentasi Video
–
Vestibule
Training
–
Role
Playing dan Behavior Modeling
–
Studi
Kasus
–
Simulasi
–
Belajar
Mandiri dan Pembelajaran Terprogram
–
Pelatihan
Laboratorium
–
Action
Learning
–
Business
Game
Metode-Metode Pelatihan dan Pengembangan
On The Job
•
Pelatihan
Instruksi Kerja: Karyawan
langsung belajar menjalankan pekerjaannya saat ini. Yang menjadi instruktur
bisa pelatih khusus, atasan/supervisor, atau rekan kerja yang berpengalaman.
•
Rotasi
Jabatan: Karyawan
berpindah-pindah dari satu jabatan ke jabatan lainnya. Ini penting untuk
membuat karyawan ahli dalam berbagai pekerjaan sehingga bisa cepat menggantikan
karyawan lain yang cuti, absen, diberhentikan, atau mengundurkan diri.
•
Magang
dan Coaching: Dengan magang
karyawan belajar pada karyawan lain yang lebih berpengalaman, meskipun bisa
juga dikombinasikan dengan pelatihan di kelas di luar jam kerja. Coaching mirip
dengan magang karena seorang coach (pembimbing) berusaha memberi contoh untuk
ditiru karyawan yang sedang dilatih (trainee). Coaching biasanya
dilakukan langsung oleh supervisor atau manajer dari karyawan yang
bersangkutan.
Off The Job
•
Ceramah
dan Presentasi Video: Ceramah
dan metode off-the-job lainnya lebih mengandalkan komunikasi dibandingkan
contoh. Ceramah adalah cara yang populer karena relatif murah dan bisa mengatur
bahan belajar untuk disampaikan dengan baik. Namun, partisipasi, umpan balik,
kecepatan transfer, dan pengulangannya seringkali rendah. Hal ini bisa diatasi
dengan menyisipkan sesi diskusi dalam ceramah. Presentasi melalui televisi,
film, dan slide mirip dengan ceramah, bahkan hal tersebut bisa lebih menarik
bagi peserta pelatihan.
•
Vestibule
Training: Vestibule training
adalah pelatihan yang menggunakan tiruan dari situasi kerja yang sesungguhnya,
misalnya menggunakan tiruan bank, rumah sakit, hotel, dan sebagainya.
•
Role
Playing dan Behavior Modeling: Dalam
role playing (bermain peran) para karyawan mencoba memainkan peran tertentu
yang ada dalam situasi kerja yang nyata. Misalkan saja ada karyawan yang
memainkan peran manajer yang sedang memberi saran kepada bawahannya, dan ada
karyawan yang memerankan bawahan tersebut. Dalam behavior modeling para
karyawan berusaha meniru perilaku kerja tertentu sampai mereka benar-benar
menguasai. Rekaman video bisa membantu para karyawan untuk mengamati perilaku
mereka sendiri dan memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan.
•
Studi
Kasus: Dengan studi kasus para
karyawan mempelajari situasi nyata atau rekaan yang bisa terjadi dalam
pekerjaan mereka. Di sini mereka bisa meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah.
•
Simulasi:
Simulasi biasanya menggunakan
mesin canggih yang bisa memunculkan situasi kerja yang nyata. Mesin itu disebut
simulator, misalnya saja ada simulator pesawat terbang, kapal laut, kereta api,
dan sebagainya. Ada pula simulator yang berupa program komputer yang bisa
mensimulasikan strategi-strategi dalam bekerja, misalnya strategi bisnis, olah
raga, dan sebagainya.
•
Belajar
Mandiri dan Pembelajaran Terprogram: Para karyawan bisa mempelajari sendiri pekerjaannya dengan bantuan
bahan-bahan instruksional yang dirancang sedemikian rupa. Cara ini sangat
berguna jika posisi karyawan tersebar secara geografis sehingga sulit
mengumpulkan mereka pada satu lokasi. Dengan perkembangan komputer, cara ini
menjadi lebih mudah karena para karyawan bisa lebih cepat memperoleh umpan
balik dan panduan melalui program komputer yang dirancang sedemikian rupa untuk
menyampaikan materi yang bisa dipelajari sendiri oleh para karyawan.
•
Pelatihan
Laboratorium: Dalam pelatihan
laboratorium para karyawan berbagi pengalaman, perasaan, dan persepsi sehingga
di sini mereka bisa meningkatkan kemampuan interpersonalnya.
•
Action
Learning: Dalam action
learning sekelompok kecil karyawan harus memecahkan sebuah masalah nyata yang
terjadi dalam organisasi. Mereka dibantu oleh seorang fasilitator yang bisa
seorang konsultan dari luar atau staf internal organisasi.
•
Business
game (permainan bisnis):
adalah metode pelatihan dan pengembangan yang memungkinkan para peserta untuk
mengambil peran-peran seperti presiden, controller, atau vice
president pemasaran dari dua organisasi bayangan atau lebih dan bersaing
satu sama lain dengan memanipulasi faktor-faktor yang dipilih dalam suatu
situasi bisnis tertentu.
Ukuran untuk Mengevaluasi Pelatihan dan Pengembangan
•
Opini
Peserta: Menanyakan opini para
peserta agar memperoleh respons dan saran untuk perbaikan, terutama dalam
tingkat kepuasan peserta.
•
Tingkat
Pembelajaran: Mengukur peningkatan
kompetensi peserta dengan membandingkan
hasil tes sebelum dan sesudah pelatihan.
•
Perubahan
Perilaku: Mengevaluasi
kemampuan pelatihan dalam mengarahkan para peserta untuk mengubah perilaku
mereka di tempat kerja. Metode penilaian umpan balik 360-derajat (didiskusikan
pada handout yang lain) sering digunakan untuk mengukur perubahan perilaku.
•
Pencapaian
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan: Mengevaluasi sampai di mana program-program tersebut telah mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan dan secara nyata berdampak pada kinerja.
•
Benchmarking: Proses memonitor dan mengukur proses-proses internal suatu perusahaan
–seperti operasi– dan kemudian membandingkan data tersebut dengan informasi
dari perusahaan-perusahaan yang unggul dalam bidang-bidang tersebut. Benchmarking
untuk pelatihan dan pengembangan umumnya berfokus pada ukuran-ukuran seperti
biaya pelatihan, rasio staf pelatihan terhadap seluruh karyawan, dan baru
tidaknya sistem-sistem penyampaian yang digunakan.
Referensi
•
Mondy,
R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga.
•
Schuler,
R.S. & Jackson, S.E., 2006, Human Resource Management, International
Perspective, Mason: Thomson South-Western.
•
Werther,
W.B. & Davis, K., 1996, Human Resources and Personnel Management, 5th
Ed., Boston: McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar